Kata Pengantar
DAFTAR ISI
Daftar Isi………………………………………………....................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai seorang
pembelajar dan bagian dari masyarakat , maka mahasiswa memiliki peran yang
komleks dan menyeluruh sehingga dikelompokkan dalam tiga fungsi : agent of
change, social control and iron stock. Dengan fungsi tersebut, tentu saja tidak dapat dipungkiri bagaimana peran
besar yang diemban mahasiswa untuk mewujudkan perubahan bangsa. Ide dan
pemikiran cerdas seorang mahasiswa mampu merubah paradigma yang berkembang
dalam suatu kelompok dan menjadikannya terarah sesuai kepentingan bersama.
Sikap kritis mahasiswa sering membuat sebuah perubahan besar dan membuat para
pemimpin yang tidak berkompeten menjadi gerah dan cemas. Dan satu hal yang
menjadi kebanggaan mahasiswa mahasiswa adalah semangat membara untuk melakukan sebuah perubahan.
Sebagai agen perubahan,
mahasiswa bertindak bukan ibarat pahlawan yang datang ke sebuah negeri lalu
dengan gagahnya sang pahlawan mengusir penjahat-penjahat yang merajalela dan dengan gagah pula sang pahlawan
pergi dari daerah tersebut diiringi tepuk tangan penduduk setempat.
Mahasiswa bukan hanya
sekedar agen perubahan seperti pahlawan tersebut, mahasiswa sepantasnya menjadi
agen pemberdayaan setelah peubahan yang berperan dalam pembangunan fisik dan
non fisik sebuah bangsa yang kemudian ditunjang dengan fungsi mahasiswa
selanjutnya yaitu social control, kontrol budaya, kontrol masyarakat, dan
kontrol individu sehingga menutup celah-celah adanya kezaliman. Mahasiswa bukan
sebagai pengamat dalam peran ini, namun mahasiswa juga dituntut sebagai pelaku
dalam masyarakat, karena tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa merupakan bagian
masyarakat.
Idealnya, mahasiswa menjadi panutan dalam masyarakat,
berlandaskan dengan pengetahuannya, dengan tingkat pendidikannya, norma-norma
yang berlaku disekitarnya, dan pola berfikirnya. Namun, kenyataan dilapangan
berbeda dari yang diharapkan, mahasiswa cenderung hanya mndalami ilmu-ilmu teori di bangku
perkuliahan dan sedikit sekali diantaranya yang berkontak dengan masyarakat,
walaupun ada sebagian mahasiswa yang mulai melakukan pendekatan dengan
masyarakat melalui program-program pengabdian masyarakat.
Mahasiswa yang acuh terhadap masyarakat mengalami kerugian
yang besar jika ditinjau dari segi hubungan keharmonisan dan penerapan ilmu.
Dari segi keharmonisan, mahasiswa tersebut sudah menutup diri dari lingkungan
sekitarnya sehingga muncul sikap apatis dan hilangnya silaturrahim seiring
hilangnya harapan masyarakat kepada mahasiswa. Dari segi penerapan ilmu,
mahasiswa ynag acuh akan menyianyiakan ilmu yang didapat di perguruan tinggi, mahasiswa terhenti dalam pergerakan
dan menjadi sangat kurang kuantitas sumbangsih ilmu pada masyarakat.
Lalu jika mahasiswa acuh dan tidak peduli
dengan lingkungan, maka harapan seperti apa yang pantas disematkan pada pundak
mahasiswa. Mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa seorang calon pemimpin bangsa masa depan, menggantikan
generasi yang telah ada dan melanjutkan tongkat estafet pembangunan dan perubahan. Untuk menjadi
iron stock, tidak cukup mahasiswa hanya memupuk diri dengan ilmu spesifik saja. Perlu adanya soft skill
lain yang harus dimiliki mahasiswa seperti kepemimpinan, kemampuan
memposisiskan diri, interaksi lintas generasi dan sensitivitas yang tinggi.
Pertanyaannya, sebagai seorang mahasiswa, apakah kita sudah memiliki itu semua
??
Maka komplekslah perah
mahasiswa itu sebagai pembelajar sekaligus pemberdaya yang ditopang dalam tiga
peran : agent of change, social control, and iron stock. Hingga suatu saat nanti,
bangsa ini akan menyadari bahwa mahasiswa adalah generasi yang ditunggu-tunggu
bangsa ini.
BAB II
PEMBAHASAN
"Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) adalah organisasi mahasiswa
intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat Universitas/Institut/Sekolah
Tinggi. Dalam melaksanakan program-programnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen."
BEM menjadi wadah dari seluruh mahasiswa untuk mengembangkan bakat
dan kemampuan yang dimiliki agar menjadi mahasiswa yang memiliki kekayaan di
bidang ilmu pengetahuan , kesenian dan lain sebagainya.
BEM sebagai jembatan penghubung antara mahasiswa dan lembaga, jadi
BEM berfungsi sebagai sarana mahasiswa untuk menyalurkan sumbang saran dan
aspirasinya kepada pihak lembaga untuk mewujudkan kesejahteraan di lingkungan
kampus.
1.
Mengesahkan serta
mengajukan proposal kegiatan organisasi dan berhak untuk meminta Laporan Pertanggungjawaban dari setiap
kegiatan organisasi.
2. Menetapkan garis program kegiatan kemahasiswaan dengan berpedoman
pada peraturan-peraturan yang berlaku di STBA Technocrat Tangerang.
3. Membimbing, mengarahkan dan mengawasi kegiatan UKM (Unit Kegiatan
Mahasiswa).
4. Mewakili Mahasiswa STBA Technocrat sebagai duta dalam kegiatan
eksternal untuk berkoordinasi/berkomunikasi dengan organisasi mahasiswa
Perguruan Tinggi Lainnya.
5.
Menampung serta
memperjuangkan hak dan aspirasi mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun
kesejahteraan mahasiswa.
Masa Bakti Kepengurusan BEM adalah 1 (satu) tahun.
1. Mahasiswa aktif mengikuti perkuliahan
a. Badan Eksekutif Mahasiswa adalah
organisasi yang merupakan kelanjutan dan perpaduan antara Badan Perwakilan
Mahasiswa (BPM) dengan Senat Mahasiswa. Anggota BEM adalah mahasiswa yang masih
aktif dan telah mengikuti pendidikan dan pelatihan BEM.
b. BEM sebagai jembatan penghubung antara
mahasiswa dan lembaga serta bertanggung jawab langsung kepada Ketua Sekolah
Tinggi Pariwisata Sahid melalui Puket III.
c. Tugas pokok Badan Eksekutif Mahasiswa;
1. Mengesahkan serta mengajukan proposal
kegiatan organisasi dan berhak untuk meminta Laporan Pertanggungjawaban
dari setiap kegiatan organisasi.
2.
Menetapkan garis program kegiatan kemahasiswaan dengan berpedoman pada
peraturan-peraturan yang berlaku di Sekolah Tinggi Pariwaisata Sahid.
3.
Membimbing, mengarahkan dan mengawasi kegiatan UKM.
4.
Menyusun dan melaksanakan program kegiatan dengan menggunakan anggaran yang
telah ditetapkan oleh Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid.Untuk periode 1 (satu)
tahun anggaran, yaitu 1 Agustus tahun berjalan sampai 31 Juli tahun berikutnya.
Program kegiatan dimaksud mencakup program kegiatan seluruh Unit Kegiatan
Mahasiswa (UKM ) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
5.
Mewakili Mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata Sahid sebagai duta dalam
kegiatan eksternal untuk berkoordinasi/berkomunikasi dengan organisasi
mahasiswa Perguruan Tinggi Lainnya.
6. Menampung serta memperjuangkan hak dan
aspirasi mahasiswa baik dalam bidang akademik maupun kesejahteraan mahasiswa.
Mahasiswa dapat dikatakan sebuah komunitas unik
yang berada di masyarakat, dengan kesempatan dan kelebihan yang dimilikinya,
mahasiswa mampu berada sedikit di atas masyarakat. Mahasiswa juga belum
tercekcoki oleh kepentingan-kepentingan suatu golongan, ormas, parpol, dsb.
Sehingga mahasiswa dapat dikatakan (seharusnya) memiliki idealisme. Idealisme
adalah suatu kebenaran yang diyakini murni dari pribadi seseorang dan tidak
dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal yang dapat menggeser makna kebenaran
tersebut.
Berdasarkan berbagai potensi dan kesempatan
yang dimiliki oleh mahasiswa, tidak sepantasnyalah bila mahasiswa hanya
mementingkan kebutuhan dirinya sendiri tanpa memberikan kontribusi terhadap
bangsa dan negaranya. Mahasiswa itu sudah bukan siswa yang tugasnya hanya
belajar, bukan pula rakyat, bukan pula pemerintah. Mahasiswa memiliki tempat
tersendiri di lingkungan masyarakat, namun bukan berarti memisahkan diri dari
masyarakat. Oleh karena itu perlu dirumuskan perihal peran, fungsi, dan posisi
mahasiswa untuk menentukan arah perjuangan dan kontribusi mahasiswa tersebut.
1.1
Mahasiswa Sebagai
“Iron Stock”
Mahasiswa dapat menjadi Iron Stock,
yaitu mahasiswa diharapkan menjadi manusia-manusia tangguh yang memiliki
kemampuan dan akhlak mulia yang nantinya dapat menggantikan generasi-generasi
sebelumnya. Intinya mahasiswa itu merupakan aset, cadangan, harapan bangsa
untuk masa depan. Tak dapat dipungkiri bahwa seluruh organisasi yang ada akan
bersifat mengalir, yaitu ditandai dengan pergantian kekuasaan dari golongan tua
ke golongan muda, oleh karena itu kaderisasi harus dilakukan terus-menerus.
Dunia kampus dan kemahasiswaannya merupakan momentum kaderisasi yang sangat sayang
bila tidak dimanfaatkan bagi mereka yang memiliki kesempatan.
Dalam konsep Islam sendiri, peran pemuda
sebagai generasi pengganti tersirat dalam Al-Maidah:54, yaitu pemuda sebagai
pengganti generasi yang sudah rusak dan memiliki karakter mencintai dan
dicintai, lemah lembut kepada orang yang beriman, dan bersikap keras terhadap kaum
kafir.
Sejarah telah membuktikan bahwa di tangan
generasi mudalah perubahan-perubahan besar terjadi, dari zaman nabi,
kolonialisme, hingga reformasi, pemudalah yang menjadi garda depan perubah
kondisi bangsa.
Lantas sekarang apa yang kita bisa lakukan dalam memenuhi peran Iron
Stock tersebut ? Jawabannya tak lain adalah dengan memperkaya diri kita
dengan berbagai pengetahuan baik itu dari segi keprofesian maupun
kemasyarakatan, dan tak lupa untuk mempelajari berbagai kesalahan yang pernah
terjadi di generasi-generasi sebelumnya.
Lalu kenapa harus Iron Stock ?? Bukan Golden Stock saja, kan
lebih bagus dan mahal ?? Mungkin didasarkan atas sifat besi itu sendiri
yang akan berkarat dalam jangka waktu lama, sehingga diperlukanlah penggantian
dengan besi-besi baru yang lebih bagus dan kokoh. Hal itu sesuai dengan kodrat
manusia yang memiliki keterbatasan waktu, tenaga, dan pikiran.
1.2
Mahasiswa Sebagai
“Guardian of Value”
Mahasiswa sebagai Guardian of Value
berarti mahasiswa berperan sebagai penjaga nilai-nilai di masyarakat. Lalu
sekarang pertanyaannya adalah, “Nilai seperti apa yang harus dijaga ??” Untuk
menjawab pertanyaan tersebut kita harus melihat mahasiswa sebagai insan
akademis yang selalu berpikir ilmiah dalam mencari kebenaran. Kita harus
memulainya dari hal tersebut karena bila kita renungkan kembali sifat nilai
yang harus dijaga tersebut haruslah mutlak kebenarannya sehingga mahasiswa
diwajibkan menjaganya.
Sedikit sudah jelas, bahwa nilai yang harus
dijaga adalah sesuatu yang bersifat benar mutlak, dan tidak ada keraguan lagi di
dalamnya. Nilai itu jelaslah bukan hasil dari pragmatisme, nilai itu haruslah
bersumber dari suatu dzat yang Maha Benar dan Maha Mengetahui.
Selain nilai yang di atas, masih ada satu nilai lagi yang memenuhi kriteria
sebagai nilai yang wajib dijaga oleh mahasiswa, nilai tersebut adalah
nilai-nilai dari kebenaran ilmiah. Walaupun memang kebenaran ilmiah tersebut
merupakan representasi dari kebesaran dan keeksisan Allah, sebagai dzat yang
Maha Mengetahui. Kita sebagai mahasiswa harus mampu mencari berbagai kebenaran
berlandaskan watak ilmiah yang bersumber dari ilmu-ilmu yang kita dapatkan dan
selanjutnya harus kita terapkan dan jaga di masyarakat.
Pemikiran Guardian of Value yang
berkembang selama ini hanyalah sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada
sebelumya, atau menjaga nilai-nilai kebaikan seperti kejujuran, kesigapan, dan
lain sebagainya. Hal itu tidaklah salah, namun apakah sesederhana itu nilai
yang harus mahasiswa jaga ? Lantas apa hubungannya nilai-nilai tersebut dengan
watak ilmu yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa ? Oleh karena itu saya
berpendapat bahwa Guardian of Value adalah penyampai, dan penjaga
nilai-nilai kebenaran mutlak dimana nilai-nilai tersebut diperoleh berdasarkan
watak ilmu yang dimiliki mahasiswa itu sendiri. Watak ilmu sendiri adalah
selalu mencari kebanaran ilmiah.
Penjelasan Guardian of Value hanya
sebagai penjaga nilai-nilai yang sudah ada juga memiliki kelemahan yaitu
bilamana terjadi sebuah pergeseran nilai, dan nilai yang telah bergeser
tersebut sudah terlanjur menjadi sebuah perimeter kebaikan di masyarakat, maka
kita akan kesulitan dalam memandang arti kebenaran nilai itu sendiri.
1.3
Mahasiswa Sebagai
“Agent of Change”
Mahasiswa sebagai Agent of Change,,, hmm..
Artinya adalah mahasiswa sebagai agen dari suatu perubahan. Lalu kini masalah
kembali muncul, “Kenapa harus ada perubahan ???”. Untuk menjawab pertanyaan itu
mari kita pandang kondisi bangsa saat ini. Menurut saya kondisi bangsa saat ini
jauh sekali dari kondisi ideal, dimana banyak sekali penyakit-penyakit
masyarakat yang menghinggapi hati bangsa ini, mulai dari pejabat-pejabat atas
hingga bawah, dan tentunya tertular pula kepada banyak rakyatnya. Sudah
seharusnyalah kita melakukan terhadap hal ini. Lalu alasan selanjutnya mengapa
kita harus melakukan perubahan adalah karena perubahan itu sendiri merupakan
harga mutlak dan pasti akan terjadi walaupun kita diam. Bila kita diam secara
tidak sadar kita telah berkontribusi dalam melakukan perubahan, namun tentunya
perubahan yang terjadi akan berbeda dengan ideologi yang kita anut dan kita
anggap benar.
Perubahan merupakan sebuah perintah yang
diberikan oleh Allah swt. Berdasarkan Qur’an surat Ar-Ra’d : 11, dimana
dijelaskan bahwa suatu kaum harus mau berubah bila mereka menginginkan sesuatu
keadaan yang lebih baik. Lalu berdasarkan hadis yang menyebutkan bahwa orang
yang hari ini lebih baik dari hari kemarin adalah orang yang beruntung,
sedangkan orang yang hari ini tidak lebih baik dari kemarin adalah orang yang
merugi. Oleh karena itu betapa pentingnya arti sebuah perubahan yang harus kita
lakukan.
Mahasiswa adalah golongan yang harus menjadi
garda terdepan dalam melakukan perubahan dikarenakan mahasiswa merupakan kaum
yang “eksklusif”, hanya 5% dari pemuda yang bisa menyandang status mahasiswa, dan dari
jumlah itu bisa dihitung pula berapa persen lagi yang mau mengkaji tentang
peran-peran mahasiswa di bangsa dan negaranya ini. Mahasiswa-mahasiswa yang
telah sadar tersebut sudah seharusnya tidak lepas tangan begitu saja. Mereka
tidak boleh membiarkan bangsa ini melakukan perubahan ke arah yang salah.
Merekalah yang seharusnya melakukan perubahan-perubahan tersebut.
Perubahan itu sendiri sebenarnya dapat dilihat dari
dua pandangan. Pandangan pertama menyatakan bahwa tatanan kehidupan
bermasyarakat sangat dipengaruhi oleh hal-hal bersifat materialistik seperti
teknologi, misalnya kincir angin akan menciptakan masyarakat feodal, mesin
industri akan menciptakan mayarakat kapitalis, internet akan menciptakan
menciptakan masyarakat yang informatif, dan lain sebagainya. Pandangan
selanjutnya menyatakan bahwa ideologi atau nilai sebagai faktor yang
mempengaruhi perubahan. Sebagai mahasiswa nampaknya kita harus bisa
mengakomodasi kedua pandangan tersebut demi terjadinya perubahan yang
diharapkan. Itu semua karena kita berpotensi lebih untuk mewujudkan hal-hal
tersebut.
Sudah jelas kenapa perubahan itu perlu dilakukan
dan kenapa pula mahasiswa harus menjadi garda terdepan dalam perubahan
tersebut, lantas dalam melakukan perubahan tersebut haruslah dibuat metode yang
tidak tergesa-gesa, dimulai dari ruang lingkup terkecil yaitu diri sendiri,
lalu menyebar terus hingga akhirnya sampai ke ruang lingkup yang kita harapkan,
yaitu bangsa ini.
Berdasarkan tugas perguruan tinggi yang diungkapkan
M.Hatta yaitu membentuk manusisa susila dan demokrat yang
- Memiliki
keinsafan tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat
- Cakap dan mandiri
dalam memelihara dan memajukan ilmu pengetahuan
- Cakap memangku
jabatan atau pekerjaan di masyarakat
Berdasarkan
pemikiran M.Hatta tersebut, dapat kita sederhanakan bahwa tugas perguruan
tinggi adalah membentuk insan akademis, yang selanjutnya hal tersebut akan
menjadi sebuah fungsi bagi mahasiswa itu sendiri. Insan akademis itu sendiri
memiliki dua ciri yaitu : memiliki sense of crisis, dan selalu
mengembangkan dirinya.
Insan akademis harus memiliki sense of crisis
yaitu peka dan kritis terhadap masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya saat
ini. Hal ini akan tumbuh dengan sendirinya bila mahasiswa itu mengikuti watak
ilmu, yaitu selalu mencari pembenaran-pembenaran ilmiah. Dengan mengikuti watak
ilmu tersebut maka mahasiswa diharapkan dapat memahami berbagai masalah yang
terjadi dan terlebih lagi menemukan solusi-solusi yang tepat untuk
menyelesaikannya.
Insan akademis harus selalu mengembangkan dirinya
sehingga mereka bisa menjadi generasi yang tanggap dan mampu menghadapi
tantangan masa depan.
Dalam
hal insan akademis sebagai orang yang selalu mengikuti watak ilmu, ini juga
berhubungan dengan peran mahasiswa sebagai penjaga nilai, dimana mahasiswa
harus mencari nilai-nilai kebenaran itu sendiri, kemudian meneruskannya kepada
masyarakat, dan yang terpenting adalah menjaga nilai kebenaran tersebut.
Mahasiswa dengan segala kelebihan dan potensinya
tentu saja tidak bisa disamakan dengan rakyat dalam hal perjuangan dan
kontribusi terhadap bangsa. Mahasiswa pun masih tergolong kaum idealis, dimana
keyakinan dan pemikiran mereka belum dipengarohi oleh parpol, ormas, dan lain
sebagainya. Sehingga mahasiswa menurut saya tepat bila dikatakan memiliki
posisi diantara masyarakat dan pemerintah.
Mahasiswa dalam hal hubungan masyarakat ke
pemerintah dapat berperan sebagai kontrol politik, yaitu mengawasi dan membahas
segala pengambilan keputusan beserta keputusan-keputusan yang telah dihasilkan
sebelumnya. Mahasiswa pun dapat berperan sebagai penyampai aspirasi rakyat,
dengan melakukan interaksi sosial dengan masyarakat dilanjutkan dengan analisis
masalah yang tepat maka diharapkan mahasiswa mampu menyampaikan realita yang
terjadi di masyarakat beserta solusi ilmiah dan bertanggung jawab dalam
menjawab berbagai masalah yang terjadi di masyarakat.
Mahasiswa dalam hal hubungan pemerintah ke
masyarakat dapat berperan sebagai penyambung lidah pemerintah. Mahasiswa
diharapkan mampu membantu menyosialisasikan berbagai kebijakan yang diambil
oleh pemerintah. Tak jarang kebijakan-kebijakan pemerintah mengandung banyak
salah pengertian dari masyarakat, oleh karena itu tugas mahasiswalah yang marus
“menerjemahkan” maksud dan tujuan berbagai kebijakan kontroversial tersebut
agar mudah dimengerti masyarakat.
Posisi mahasiswa cukuplah rentan, sebab mahasiswa
berdiri di antara idealisme dan realita. Tak jarang kita berat sebelah, saat
kita membela idealisme ternyata kita melihat realita masyarakat yang semakin
buruk. Saat kita berpihak pada realita, ternyata kita secara tak sadar sudah
meninggalkan idealisme kita dan juga kadang sudah meninggalkan watak ilmu yang
seharusnya kita miliki. Contoh kasusnya yang paling gampang adalah saat terjadi
penaikkan harga BBM beberapa bulan yang lalu.
Mengenai posisi mahasiswa saat ini saya berpendapat
bahwa mahasiswa terlalu menganggap dirinya “elit” sehingga terciptalah jurang
lebar dengan masyarakat. Perjuangan-perjuangan yang dilakukan mahasiswa kini
sudah kehilangan esensinya, sehingga masyarakat sudah tidak menganggapnya suatu
harapan pembaruan lagi. Sedangkan golongan-golongan atas seperti pengusaha,
dokter, dsb. Merasa sudah tidak ada lagi kesamaan gerakan. Perjuangan mahasiswa
kini sudah berdiri sendiri dan tidak lagi “satu nafas” bersama rakyat
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
MAHASISWA adalah seseorang yang sedang menikmati
keindahan pendidikan di salah satu lembaga tinggi selama beberapa waktu yang
telah ditentukan. Lembaga ini populer dengan sebutan universitas atau perguruan
tinggi. Di lembaga inilah dia belajar mengasah otak, berpikir, memecahkan
masalah tanpa masalah, belajar menjadi orang mandiri, sabar, tawakkal, ikhlas,
dan melatih keterampilan yang dia miliki tanpa merasa jenuh dan bosan guna
menjadi insan sejati.
Namun di balik semua itu menjadi mahasiswa tidaklah semudah seseorang yang belum terkatagorikan mahasiswa (pelajar), baik dia berada dalam pendidikan formal atau tidak. Karena tugas mahasiswa tak cuma belajar di kelas, baca buku, buat makalah, presentasi, diskusi, hadir ke seminar, dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bercorak kekampusan. Ada tugas lain yang lebih berat dan lebih menyentuh terhadap makna mahasiswa itu sendiri, yaitu sebagai agen perubah dan pengontrol sosial masyarakat. Tugas inilah yang dapat menjadikan dirinya sebagai harapan bangsa, yaitu menjadi orang yang setia mencarikan solusi berbagai problem yang sedang menyelimuti mereka. Inilah yang dapat menambah nilai plus bagi dirinya sebagai mahasiswa jika harapan mereka terwujud dan menjelma menjadi kenyataan dalam kehidupan mereka, tak cuma menjadi harapan yang kandas di tengah keruhnya kehidupan.
Mahasiswa sebagai agen perubahan sosial selalu dituntut untuk menunjukkan peranannya dalam kehidupan nyata agar dia tak menjadi mahasiswa gadungan yang secara hakekatnya dia pun tak mau dan tak sudi menyandangnya. Setidaknya secara garis besar ada tiga peranan penting dan mendasar bagi mahasiswa yaitu intelektual, moral dan sosial.
Peranan pertama, mahasiswa sebagai orang yang intelek, jenius, dan jeli harus bisa menjalankan hidupnya secara proporsional, sebagai seorang mahasiswa, anak, serta harapan masyarakat. Kedua, mahasiswa sebagai seorang yang hidup di kampus yang dikenal bebas berekspresi, beraksi, berdiskusi, berspekulasi dan berorasi, harus bisa menunjukkan tingkah laku yang bermoral dalam setiap tindak tanduknya tanpa terkontaminasi dan terpengaruh oleh kondisi dan lingkungan. Sebab dia sendiri dengan kemampuannya sudah bisa mengukur antara baik-buruknya tindakan, selain selalu dipantau dan dicontoh oleh masyarakat. Ketiga, mahasiswa sebagai seorang yang membawa perubahan harus selalu bersinergi, berpikir kritis dan bertindak konkret yang terbingkai dengan kerelaan dan keikhlasan untuk menjadi pelopor, penyampai aspirasi dan pelayan masyarakat.
Jika semua peranan penting itu terwujud
menjadi nyata dalam diri mereka, maka mereka layak menyandang sebutan mahasiswa
sejati bukan mahasiswa gadungan yang menurut pengamat penulis disandang
kebanyakan mahasiswa sekarang. Sungguh capaian hal-hal tersebutlah yang
akan menjadikan mereka berada dalam puncak kemuliaan walaupun secara dhohir
mereka berada dalam kehinaan.
Berikut ini Tips menjadi mahasiswa sejati :
- Definsikan ulang
cita-cita. Tahun pertama kuliah ibarat titik yang
menentukan. Kalau kemarin, orientasi waktu SMA kebanyakan ‘ingin kuliah
jurusan X di universitas Y’. Ketika sekarang udah dapet, balik lagi,
setelah ini mau jadi apa? Ke depannya mau ngapain? Fase mendefinisikan
ulang cita-cita (bukan cita-cita mau jadi insinyur, tapi dengan gelar
insinyur mau ngapain) ‘mikir-mikir panjang’ ke depan mau ngapain menurut
saya penting banget. Karena, kalau udah dapet gambaran besar tujuan
kuliah, dari sini kita bisa men-sortir kegiatan-kegiatan yang mau diambil
dan menentukan prioritas.
- Pandai Milih Teman
Baru.Memilih teman sama artinya dengan memilih masa depan. Memilih teman
sama artinya dengan memilih perilaku. Memilih teman sama artinya dengan
memilih kualitas ilmu. Kita akan sulit berkembang bila sehari-hari kita
bergaul dengan orang-orang malas. Kita pun akan sulit meraih kemuliaan
akhlak, bila sehari-hari kita bergaul dengan orang yang buruk akhlaknya.
Maka, tinggi rendahnya kualitas seorang manusia sangat dipengaruhi oleh
kualitas orang yang menjadi temannya.
- Tentukan target IP
sesuai cita-cita. Ketika anda ingin kerja di perusahaan
multinasional yang bergaji besar atau berharap dapet basiswa S2 untuk jadi
peneliti, IP tinggi adalah harga mati. Tapi ketika niat awal adalah ingin
jadi politisi dan menganggap kampus adalah tempat untuk memperluas
jaringan, IP mungkin perlu secukupnya asal lulus. Jadi ketika ada orang
yang bilang ‘IP itu gak penting, yang penting organisasi’. Indikator
penting gak penting nya ya tergantung cita-cita ke depan.
- Ikut
berbagai seminar di kampus. Lumayan loh, kadang jadi kepikiran tentang
apa, atau dapet ide tentang apa. Yang jelas ini
nambah wawasan dan referensi. Apalagi, seminar di kampus biasanya harganya
juga murah, udah dapet makan siang, sertifikat, plus seminar kit. Jadi
bener-bener ga ada ruginya kok.
- Eksplorasi terus
cara belajar yang paling ideal. Tiap orang cara belajarnya
beda-beda. Ada yang nyaman belajar sendiri, ada yang mesti belajar
kelompok (cari terus juga teman-teman belajar yang paling enak). Saya
sendiri masih problem banget dengan hal ini. Tapi apapun cara belajarnya,
satu hal yang pasti : merhatiin dosen dan serap sebanyak mungkin di kelas.
Karena materi kuliah lebih advance dan mendalam, hampir gak ada mahasiswa
yang punya pemahaman utuh tentang satu materi. Cara ngerti orang pun
beda-beda. Jadi, pastikan dapet materi sebanyak mungkin dari dosen.
- Taun pertama
jangan terlalu gegabah. Mikir-mikir ketika mau ikut kegiatan.
Walaupun banyak banget hal baru yang terlihat menarik, jangan karena serba
baru semuanya dicoba. Ukur kapasitas dulu, terutama masalah waktu belajar.
Ini balik lagi ke prioritas, kira-kira pengen lulus dengan kayak apa?
Apakah ‘IP berapa aja asal lulus yang penting gue jadi aktivis’ atau ‘yang
penting IP tinggi biar dapet kerja di perusahaan besar’ atau yang di
tengah-tengah?
- jangan dibiasain
bergadang. Bergadang sekali-sekali pasti gak bisa
dihindarin (ketika tugas menumpuk, mau UAS, dll) tapi sebisa mungkin
jangan dibiasain karena gak bagus untuk jangka panjang. Caranya gimana? Ya
waktu di siang harinya yang dipadetin. Kurangi waktu main facebook, makan
dengan lebih cepat, jalan dengan lebih cepat, serta kurangi waktu
ngobrol-ngobrol yang kurang perlu. Mendisiplinkan diri sendiri, ternyata
juga bukan perkara mudah.
- Jangan cepat down. Terkadang, masalah yang dateng
ketika kuliah itu bisa sangat ekstrim dan gak terbayangkan sebelumnya.
Sesulit apapun itu, sebisa mungkin tetap positive thinking. Pkir aja bahwa
kesulitan-kesulitan itu bagian dari kita yang terus berkembang seiring
waktu. Kalau dapet yang seneng-seneng terus ya gak bakal maju dan ga bakal
belajar dari situ. Kalau pelajarannya gak terasa susah ya buat apa toh
kita mahal-mahal kuliah?
- Work hard play
hard. Karena emang pressure belajarnya lebih
berat dibanding SMA, ketika ada waktunya untuk senang-senang ya
dimanfaatkan untuk main. Tapi, masa sih udah kuliah senang-senangnya masih
nongkrong-nongkrong di mal juga? Kayaknya banyak deh hal yang fun lain
yang lebih produktif misalnya olahraga, jalan-jalan ke berbagai tempat
unik, berpetualang ke alam, ato ikutan gabung ke berbagai komunitas di
luar kampus.
- biasakan olahraga. Walau terkadang
bikin males dan merasa gak ada waktu, olahraga yang rutin penting banget
untuk meningkatkan stamina. Biasanya nih, indikasi kalau udah lama gak
olahraga itu jadi cepet ngantuk dan badan cepet capek. Jadi segimanapun
juga, mesti dipaksain. Biar gak males, coba janjian olahraga bareng
temen-temen atau gabung di unit olahraga sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar